Jumat, 06 Februari 2009

CERPEN REMAJA

CERPEN 1


NAMAKU TRIAS BUKAN TRINIL ?

( Noe Fie )

Sore tadi hujan sangat deras. Pohon-pohon basah. Pekarangan rumah becek. Dan air yang tidak bisa ditampung selokan tergenang dimana-mana. Pemandangan tidak seperti biasanya. Sepi. Dari balik jendela wajah Ryan bermuram durja.

“Trias... ”. berawal acara pengenalan anak kelas IIa terhadap siswa baru pindahan dari sekolah lain. Mereka dikenal sebagai murid-murid yang ramah bila ada maunya. Para guru pun sepakat untuk mengacungkan jempol sama-sama ke bawah. Kelas lain pada iri. Mereka mengadakan aliansi bin koalisi menghadapi kelas IIa yang tersohor. Bahkan stiker-stiker kelas IIa laris dipasaran mengalahkan stiker-stiker partai.

Ryan berbaring di tempat tidur. bayangkan sekolahnya Ditumbuhi pohon cemara. lamunannya menampilkan satu per satu wajah teman satu gank. Seperti Fatah yang pandai merayu. Sehingga banyak gadis tergoda untuk melempar sepatu kemukanya. Kini Ryan memasuki lingkungan dan teman-teman baru. Ia pandangi sekuntum mawar merah di jambangan. Gara-gara itu tangan Trias mendarat di pipinya, Kalau boleh Ryan memilih mungkin ia lebih suka tinggal di Malang. Berhubung papanya dipindahtugaskan maka bisa gak bisa harus ikut orang yang selama ini ngasih makan, minum dan uang saku. Biar tidak dicap anak durhaka. Ryan tertidur memeluk guling seperti anak yang disiksa ibu tirinya. Rasa sedihnya dibawa pergi ke alam mimpi dengan cerita dan episode lain. Kali ini tidak multi warna tapi hitam-putih, Ryan dibawa orang-orang berjubah dan berkerudung hitam untuk dihadapkan ketiang gantungan.

“Stop Dewi mimpi! Itu khan mimpi waktu aku mecahkan piring Cina milik Mama. Kalau ini persoalannya khan lain, masak disamaratakan” Ryan protes ketika mimpinya ikut-ikutan menyalahkan.

######

Trias mondar-mandir di teras Rumah Sisca “Hey tunggu! mau kemana ? setengah berteriak. Sisca menghentikan langkahnya. “Seperti biasa, bah ! jawab Sisca dengan logat Batak sekenanya. “lapangan tenis ?” “ah engkau ini sudah gaharu cendana pula, bah!” setiap hari minggu Sisca bekerja sebagai tukang pungut bola. Lumayan. Rencana uangnya untuk dibelikan boneka panda seperti milik Trias.

“Sis ! serius..! Ah nggak ... ah.... paling ello!, beruntung ya IQ ello rendah maka nggak bisa diajak sharing” Trias melirik Sisca yang masih diam. Perlu lama untuk memancing kebisuannya. Di rumah, papa-mamanya Sisca juga tahu diri kalau misalnya anaknya lagi ngambek menggunakan bahasa bisu sehingga marahnya dialihkan pada kucing, obeng, timba atau apa saja yang ditemui saat itu.

“Sis soal kemarin gue nggak bisa terima” Trias protes. Sisca memandangi Trias dari ujung rambut sampai ujung kaki Laksana Pak hansip introgasi pencuri ayam. Dalam bidang selidik menyelidik ia jagonya eh betinanya, dalam bidang kepemimpinan prestasinya sangat bagus tidak tanggung-tanggung. Ia pernah mengkoordinir teman-temannya menghabisi buah mangga tetangga. Pernah suatu hari ia ditegur pak RT gara-gara iseng melempari atap seng WC umum. “ Heh, kamu ini mbok tahu diri sudah gede gitu kayak anak kecil. Apa kamu mau jadi preman ?” “bukan preman tapi prewati, kalau preman khan laki-laki kalau wanita prewati to pak ” Sisca memang ahli bersilat lidah, ia pemegang sabuk hitam kejuaraan silat lidah. “Sisca! gue harus bagaimana ? ” bentak Trias “Itu wajar!! Gadis karir kyak kita wajib mempertahankan reputasi eh bener nggak sih ngomong gue reputasi.. atau re...republik kali yeee? Meski kita ini foto model-modelan. Kita nggak mau dilecetkan eh dilecehkan. Ya nggak ? jasman gini kok! kita tunjukkan bahwa Kartini sekarang bisa komprol 15 kali.

“ Nah..! nah... itu...itu... harus “ Trias menimpalinya“ ”cowok itu harus dikasih pelajaran!, tapi gue pikir-pikir cakep juga. Kalau gue. Dah deh bungkus! Tapi tumben ya ello marah? “ muka Trias memerah berubah 180ยบ.

“ Nah,... itu...itu...” Trias menudingkan mirip Bu Eny yang menerangkan peta buta.

“Dari tadi nah...itu melulu. Ello bilang sekali dapat handuk ! gue tahu, Ello naksir Ryan khan ? ngaku ?

“cut...cut... bukan gue “ seperti sutradara menghentikan adegan film “oh sorry. Jadi Ryan yang nyamperin ello gitu ? okre maka dengan ini saya nyataken sah-sah saja, hal ini menimbang kedudukan dan status saudara eh saudari sebagai seekor betina alias cewek yang memang sewajarnya dan sewajibnya harus dikejar cowok.. eh tapi terserah thing kalau cowoknya kece dan punya tipe malu-malu kucing, asal nggak malu-maluin, maka kita yang berkewajiban mengejar “

“lho kok gitu ? sahut Trias

“Iya daripada mubazir”

“Gue nggak nyangka kalau sampai mukul. Habis emosi masak ngomong gitu didepan kelas. Norak ! pakai kembang segala norak !. terus manggil gue Trinil, gue khan paling benci nama itu “ Trinil adalah hantu sirik paling jelek dari segala hantu yang jelek. Trias paling takut dengan ketawanya Trinil, membikin bulu kuduk berdiri.

“hi....he..”

Mereka berjalan sepanjang trotoar. Bertukar pikiran memecahkan masalah, tapi yang jelas bukan politik. Meski pembicaraan itu bukan bahan orasi kampanye atau slogan-slogan berdemo, tapi diperlukan strategi perang menuju sasaran jitu. Mereka siap melakukan manuver-manuver. Bahkan tak jarang Sisca melakukan politik Devide et Empera untuk mewujudkan impiannya. Jalan itu ditempuh bila sangat kepepet sekali seperti waktu naik bis umum ternyata dompetnya ketinggalan. Maka dengan tidak mengurangi rasa hormat sedikitpun, ia memuji pak sopir dengan kata-kata cakep, ganteng, imut-imut. Sehingga membuat iri kondektur. Pada saat itu juga sopir sama kondektur nggak mau saling sapa lagi. Kondisi ini dimanfaatkan Sisca untuk lari lewat pintu belakang.

###

“ Ryan kenalin temenku, namanya T-r-i-a-s” Sisca mengeja nama Trias. Ryan dan Trias tersenyum tatkala Sisca menggodanya. Mereka tidak mempunyai keberanian untuk memulai ngomong. Jalan satu-satunya lewat Sisca yang dijadikan penghubung.

“ Anu kamu eh kamu punya catatan Biologi ” Trias tertangkap opset. “wah kelewat over nih basa-basinya” guman Sisca. Kemudian saling diam lagi. Trias jadi nggak enak ia beranikan tanya lagi.

“ Ini rumah pasti milikmu bukan ? tanya Trias sekenanya.

“Pantes Bahasa Indonesia dapat jelek. Tidak bisa menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar, seharusnya pertanyaannya khan, berapa rumah kamu Ryan ? punya mobil berapa ?, papamu punya perusahaan berapa ? “batin Sisca.

“Sisca juga punya rumah ?” kaki Sisca kena injakan Trias sebagai isyarat SOS, ditambah kedipan mata.

“Enak aja, emange gue saklar apa? Bisik Sisca ia pura-pura gak dengar. Akhirnya Sisca meninggalkan mereka berdua. Trias mencoba menahan tangannya. Dengan gesit Sisca memutar tangannya sehingga sia-sia usaha Trias. Mereka saling diam dan menunggu siapa yang ngomong duluan, Trias tersipu-sipu memulai pertanyaan.

“Bulannya bagus ya ? “ padahal mereka berada di ruangan tertutup.

“Ya, bulan Desember “ Ryan tak kalah gilanya. basa-basi meluncur dengan derasnya. Tak ada satu pun nyambung. Sisca lelah bolak-balik dari teras ke ruang tamu. Mengecek apa sudah mendekati sasaran. Namun kedua mahluk aneh itu masih menggunakan bahasa wagu dan nggak bermutu babar blass. Sisca mengancam kalau sampai setengah jam belum ada perkembangan. Ia akan berteriak-teriak kebakaran, kebanjiran, atau apa saja ? Biar kedua mahluk aneh itu tahu kalau mereka itu hidup bermasyarakat. “emangnya enak dicuekin “ Sisca sebel.

Benar kata pepatah sepandai-pandai tupai melompat akhirnya pandai juga tupai itu atawa setinggi-tinggi bangau terbang, tinggi juga bangau itu. Wajah Trias berkeringat, sesekali ia mencuri pandang. Entah siapa memulai? tangan Trias dipegang Ryan. Trias menundukkan wajah tak kuat menahan matanya.

“Sis...Siscaaaa sepedanya dimana ? ” Trias gugup jemari diremas Ryan. “Trias maafkan aku ” Ryan menenangkan Trias yang mulai berkaca-kaca. Entah terharu atau matanya kelilipan.

“Aku yang harus minta maaf. Aku salah...aku jahat. Saat itu aku...” belum selesai ngomong, jari telunjuk Ryan sudah menempel di bibir Trias Mereka saling senyum.

“ Ssssst! Ryan namaku Trias bukan Trinil ”

Angin berhembus pelan memenuhi ruang tamu. Korden putih melambai-lambai dari jendela terbuka. Semua terasa damai.


CERPEN 2


HATIKU NYANGKUT DI BUS KOTA

( Rahma )

Naya terus berlari seperti biasa dia selalu terlambat pergi ke sekolah dan sudah menjadi pemandangan biasa. Bila dia berlari mengejar bus yang sudah mulai melaju, he..kasian sampe-sampe sopir dan kondekturnya sudah kenal dengan gadis yang tidak pernah absen telatnya. “Tunggu...!” teriak Naya sekuat tenaga. Bus pun berhenti kondekturnya dengan kata “Neng...neng..telat kok gak pernah absen. Naya anak kelas III SMA itu hanya tersenyum malu, kemudian Naya mencari tempat duduk kosong, tiba-tiba “ aaaa....” seorang pria menjerit seketika, Naya bingung kenapa pria tampan itu menjerit “o ‘oo” ternyata Naya menginjak kakinya “ aduh... sorry mas enggak sengaja...” sepertinya kata maaf Naya tidak didengar oleh pria bernama Aris itu. Pria itu terlihat sangat dendam. Tidak beberapa lama bus berhenti di depan sekolah Naya. Ia pun bersiap-siap untuk turun. Ketika berjalan melewati Aris, Naya melirik sedikit kearahnya. Tidak disangka-sangka Aris menjegal langkahnya Naya dengan kakinya. Seketika itu pun bruuk...! “aaauu” Naya terlihat kesakitan “rasain” ledek Aris puas. Semua penumpang pun menatap Naya heran “awas elo...” batin Naya bergemuruh.

###

Keesokan harinya “Nyebelin....” ucap Naya setengah menggumam. Setelah kalah berebut tempat duduk dengan Aris. Alhasil Naya pun harus rela untuk berdiri sendiri. Naya pun terdiam mungkin bencinya pada Aris sudah mulai naik ke ubun-ubun. Tak lama Aris berdiri bersiap-siap untuk turun, kebetulan saat Aris berdiri Hpnya terjatuh persis di dekat kaki Naya. Aris pun berniat mengambilnya, sebelum jemarinya menyentuh HP. Naya menendang HP itu ke arah depan, hati Aris rasanya dongkol, Aris menyempatkan diri melihat Naya, tapi Naya malah pasang wajah tidak berdosa. Rasa dongkol di hati Aris tambah besar “Dasar kuntilanak....” guman Aris dalam hati “Sabar...sabar” Aris mencoba bersabar, kemudian dia beranjak mengambil Hpnya dibawah kursi paling depan. Sebelum Aris turun dia melirik ke arah Naya “syukurin...” ledek Naya sambari menjulurkan lidah. Begitulah mereka setiap pagi mereka bergantian saling menyerang hingga sopir dan kondektur busnya sudah memaklumi setiap mereka bertengkar mulut.

###

Di tempat kerja Aris kelihatan tidak konsentrasi dan sering mengumpat “Kenapa sih ris...kok mukanya ditekuk gitu “ tanya Arman teman kerjanya “Gue... lagi sebel nich... gue ketemu lagi ama kuntilanak itu” ucap Aris meluap-luap “Lho..Ello apain dia ,,,??” ”Enggak gue apa-apain..!”

“Ya udah elu sabar ya...mendingan elo jauhin dia..enggak usah dekat-dekat ?!” bentak Aris sambil berlalu.

###

Pagi ini cerah, tidak seperti biasanya, Naya tidak terlambat kali ini dia sudah duduk manis di kursi, agak belakang, tidak lama kemudian Aris masuk dengan santainya, melihat wajah Aris, Naya tiba-tiba geram, kebetulan penumpang yang datang semakin banyak Aris pun semakin mendekati Naya. Naya mulai memutar otak untuk membalas perbuatan Aris padanya kemarin, disamping Naya ada orang mengunyah permen karet “ dia jadi punya ide “Mbak bagi permen karetnya...” orang itu pun menawarkan permen karetnya. Naya bergegas menggugahnya sehabis mengunyah permen itu Naya menempelkan ke baju Aris. Ha..keren...” ucap Naya sambil cengar-cengir, tidak tahu kenapa, sehabis mengunyah permen tiba-tiba perut Naya menjadi mual dan seketika “gueek..weeck...” Aris tidak bisa menghindari dia terkena muntahan dari mulut Naya. “heh...gila ello ya...enggak punya otak ello !! disitukan udah disediain tempat buat muntah-muntah mata ello taruh dimana ?!!” mungkin kemarahan Aris kali ini adalah puncak dari segala kedongkolannya, Naya hanya menunduk mendengar Aris semarah itu, Naya benar-benar takut matanya mulai berkaca-kaca wajahnya terlihat sangat pucat saat itu, aris terenyuh ada rasa menyesal hinggap dihatinya. Melihat Naya tidak berdaya seperti itu “Mama...” ucap Naya sambil menangis, Aris merasa bersalah dia bermaksud menenangkannya tapi Naya langsung berdiri dan berlari keluar bus sambil menahan rasa ingin muntahnya.

###

sejak saat itu Aris tidak pernah lagi bertemu dengan Naya. Setiap kali masuk bus Aris selalu meneliti penumpang seperti ingin mencari seorang “Cari Naya ya...apa ?! tanya kondektur “ah, nggak!” jawab Aris agak gugup tidak seperti ada yang hilang dari diri Aris. Sudah seminggu berlalu Aris tidak juga bisa bertemu Naya dia seperti hilang ditelan bumi.

###

“Sudah seminggu memangnya sakit apa? “guman Aris dalam hati “waau...!!” teriak Arman sambil menepuk punggung Aris. “ngelamunin apa? “

“sialan ello...”

“Ada apa sih” tanya Arman iseng. “Nggak ada apa-apa?! Aris tersenyum kecut “gue kepikiran terus ama kuntilanak itu ?! “waah ada apa nih “ tebak Arman ngawur “maksudnya “ “ello pasti jatuh cinta ama kuntilanak itu “ “enggak mungkin” kata Aris yakin buktinya kepikiran teruskan, enggak enak ngapa-ngapainkan !!” “enggak ada hubungannya tolol !!” bentak Aris sambil beranjak pergi menyudahi pembicaraan yang semakin ngelantur

###

sepertinya Aris tidak bisa mengontrol perasaanya di rumah pun selalu saja memikirkan Naya. Sepertinya yang dikatakan Arman benar. Apa pun yang di kerjakan Aris selalu berantakan “kok gue jadi gini ya... kacau”

“Ris...ayah mau bicara “ Aris mendekat ke ruang keluarga “ada apa yah...” “nanti malam tidak ada acarakan”, “enggak” jawab Aris sambil menggeleng “nanti kita makan malam diluar...sekalian ayah mau kenalin kamu sama teman ayah...” Aris sudah bisa mencium rencana ayahnya “heh.. ayah mau menjodohkan aku ?! “ tanya Aris langsung ke sasaran “iya... maunya ayah gitu...” “males ah yah.. memangnya Aris nggak bisa cari calon sendiri “ ucap Aris kecewa sambil beranjak meninggalkan ayahnya “Ris...lihat dulu.. kalau enggak cocok kita tidak akan maksa kok “ rayu ibunya dengan lembut akhirnya Aris mau pergi setelah mendapatkan banyak nasehat dari ibunya.

###

Aris tidak sabar melihat calon yang ditawarkan ayahnya, tidak sabar untuk menolaknya, ketika mereka datang maka Aris langsung melotot “aaa...” semua terkejut mendengar Aris dan Putri keluarga Lukman menjerit bersamaan. Ternyata putri keluarga Lukman adalah Naya “ Ma...bukan dia kan ma...calonnya Naya ?!” ucap Naya gugup dia terlihat sangat takut sehingga bersambunyi dibelakang mamanya. Terlihat selintas senyum di bibir aris “yah..iyain aja yah..Aris mau kalau sama dia “ ucap Aris dengan entengnya, mendengar itu Naya pun berteriak “enggak.. Naya..enggak mau....bisa-bisa Naya di sate sama dia.. enggak ma...pulang ma...” Naya menarik-narik mamanya keluar restoran. “ Kalian sudah kenal...?!” tanya papanya kepada Aris “iya... om..kita sering ketemu malahan sudah deket !!” “ oh...bagus itu” “bolehkah om kalau saya mendekati putrinya om” rayu Aris penuh harap. “oh, boleh silahkan “ Aris menyunggingkan senyumnya “rasain ello kuntilanak, ello enggak akan bisa lari dari ku” guman Aris dalam hati.



CERPEN 3

KETIKA CINTA HARUS MEMILIH

( Naily Erfananti )

Ketika hari ulang tahunku. Tanpa sepengetahuan, Andika mengejutkanku dengan mengundangku ke kantin. Waktu membuka pintu kantin, tiba-tiba semua menyanyikan happy birthday buatku. Dibalik kerumunan, Andika muncul dengan membawa kue ulang tahun dan meletakkannya di meja. memberiku ucapan pertama kali sambil memberiku setangkai mawar merah dan sebuah kado mungil berisi dua buah cincin. “Maukah jadi pacarku, Angelina !” katanya berbisik. “Aku masih tidak mengerti dengan semua ini. Aku terdiam. Aku memintanya untuk memberi waktu sampai usai pelajaran nanti.

Sebelum pulang Andika mendatangiku dan duduk di sampingku. “ Bagaimana jawabnya ? ” tanyanya dengan nada cemas. Setelah aku diam beberapa menit, aku mengatakan kalau aku menerimanya. Dia pun sangat senang. Hari-hari berlalu dengan cepat. Tidak terasa hubunganku dengannya sudah hampir satu tahun kemudian muncul perasaan suka padanya. Dia selalu membuatku tertawa dan senang jika berada di dekatnya. Hari-hari ku lalui berdua sampai lulus SMU dan kini kebetulan aku satu kampus dengannya jurusan sastra Inggris.

###

Suara handphone-ku bunyi satu menit sesudah mata kuliah terakhirku, keluar ruangan langsung aja aku angkat, “Hello, Angelina“ Suara di seberang mendahului memberi salam dan membuatku kaget dan terdiam sesaat. Suara itu pernah begitu akrab dan dekat denganku beberapa saat yang lalu “ Hi, Dany, how are you ? “ jawabku setelah sempat bengong beberapa detik. “ I’m fine, thank you. And you ?” aku masih di ruang “Good” jawabku singkat. Dany, mantan kakak kelas waktu SMU dulu. Dia putra tunggal Tante Renata, teman baik mama. Kuliah di Havard

###

“Kita mau ke mana, Dany ?” Dia langsung berdiri melihatku siap. Mobil melaju menuju ke arah Malioboro. Kami memilih makan di Malioboro Mall. “Bagaimana kuliahmu ?” Huh pertanyaan basa-basi, pikirku, tapi aku tanggapi juga. “Yah, biasa aja,” jawabku singkat. “Bagaimana dengan kamu, Dany ?” tanyaku ganti. “I was graduated last month.” Akhirnya cair juga suasana kaku tadi. “That’s great, Dany, apa rencana kamu selama di Indonesia ?” lanjutku. “Perhaps, I’ll go to some places. And I hope you can be with me” Kaget juga dengar ucapan itu. Kenapa aku ? Banyak pertanyaan di kepalaku yang rasanya ingin meloncat keluar lewat mulutku, Tapi aku tetap saja diam. “Bagaimana, Lin ? kamu bisa temani aku ?” pertanyaanya menyadarkanku dari lamunan bingung juga. “Lihat aja deh nanti,”.

Parangtritis sepi saat kami tiba. Mendung, tapi hujan enggan turun. Kami hanya duduk dan memandang ombak. Tiba-tiba kurasakan ada tangan merengkuhku. “I love you, Angelina.” Saat itu aku begitu bingung dan tidak merespons sedikitpun. Aku sudah memiliki Andika, orang yang aku cintai. “Angelina, are you Ok ?” Dia kembali menyentuh tanganku. “Ops, I’m sorry, Dany I’m fine.” Dany mengajakku meninggalkan Malioboro, waktu handphone-ku bunyi. “Hallo,” sapaku. “Hallo, how are you dear ?” suara yang tak asing lagi bagiku, Andika. “Baik, An. How about you?” aku ganti nanya. “Great, I miss you very much. do you miss me ?” dia mengatakannya dengan manja. “Yup.” Aku hanya dapat menjawab sepatah aja , karena merasa tidak enak pada Dany yang menungguku. “Kamu bisa telpon aku nanti malam ? See you tonight,” aku mengakhiri pembicaraan. “See you, dear.” Andika pun menurut saja. Kumatikan handphone dan menghampiri Dany yang sudah menungguku. Dany hanya diam saja sambil menggandeng tanganku. Mungkin dia marah menunggu telpon, pikirku. “Dany , maaf, ya“. Kami hanya putar-putar keliling kota tanpa tujuan . Dany hanya diam saja.

Jam mobil menunjukkan pukul 16.30. Akhirnya Dany mengantarku pulang. Sebelum turun dari mobil, Dany mengambil tanganku. “Angelina …. ,” ucapnya. “Ya, ada apa Dany ? ” Aku berpura-pura bersikap wajar. “Jujur saja, aku datang ke Indonesia hanya untuk ketemu denganmu dan ingin melamarmu”. Deg, jantungku berdetak kencang. “Orangtuaku ke rumahmu untuk membicarakan hal ini sama orangtuamu”. Aku keluar mobil tanpa pamit pada Dany dan langsung menuju ke ruang tengah. “Ma, apa benar kalian berniat menjodohkanku dengan Dany ?” tanyaku dengan nada jengkel. “Itu benar sayang. Orangtuanya Dany baru saja pulang .Kami membicarakan tentang kamu dan Dany,” kata Mama menjelaskan. “Angelina tidak mau, kalau Mama dan Papa menjodohkan Lina? “ tangisku makin menjadi. Aku lari meninggalkan mereka dengan perasaan sedih bercampur kecewa .

Keesokan harinya, aku bergegas berangkat ke kampus. Andika menungguku dengan wajah penasaran. “Apa ? Kamu sudah dijodohkan ? Kenapa kamu nggak memberitahuku ,Lin ?” katanya dengan nada kecewa. “Aku sendiri baru tahu kemarin.” kataku. “Lalu bagaimana dengan kita ? Aku tidak mau kehilanganmu, Lin !” Aku baru melihat wajahnya secemas itu. “Aku sudah meminta Papa dan Mama kalau aku tidak mau menikah dan aku memintanya untuk mambatalkan niatnya,” Aku mengatakannya dengan emosi. “ Kalau begitu biar aku sendiri yang bicara pada orangtuamu. Semoga mereka mau mengerti akan kita !” katanya dengan penuh emosi. “Itu percuma, karena kamu belum tahu sifat Papa.” Aku berusaha mencegahnya. “OK, kalau itu yang kamu mau.” Dia pergi keluar ruangan meninggalkanku sendiri. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. Aku hanya bisa berdoa dan berpasrah diri pada Tuhan agar Dany mau membatalkan niatnya. “My God, andai aku harus memilih…?”

Tanpa memberitahuku lebih dahulu, Andika menemui orangtuaku malam ini. Aku melihat mobilnya diparkir di halaman rumah. Aku bergegas keluar kamar dan turun untuk menemui Andika sebelum dia bicara pada Papa. “Andika, kamu sudah gila, ya ? Aku sudah bilang ini bukan saat yang tepat !” Aku sedikit emosi sampai wajahku merah. “Ya, aku memang sudah tergila-gila padamu !” Jawabnya yang sempat mengagetkanku. Aku hanya diam saja mendengarkannya. “Kami tidak meminta pendapatmu !” jawab Papa dengan marah. ”Tapi aku peduli, Om, karena aku mencintainya. Kami saling mencintai !“ Aku tidak percaya kalau Andika nekat mengatakannya di depan keluargaku. “Jadi gara-gara ini yang membuat kamu menolak perjodohanmu dengan Dany, Angelina !” Papa memandangku dengan mata yang tajam. “Aku mencintai Andika”. Tanpa sadar tangan Papa mendarat di pipiku .Rasanya sakit sekali sampai pipiku memerah. Aku lari ke kamar diikuti Mama di belakangku. Mama berusaha meyakinkanku. Lalu dia meninggalkanku sendiri dalam kesedihan.

Satu bulan kemudian, Papa menikahkan aku dengan Dany. Aku sudah kehabisan akal untuk membujuk Papa. Kalau memang Dany jodoh dari Tuhan, aku tidak menolaknya .Setelah mendengar kalau aku bertunangan, Andika pergi meninggalkan Yogya. Dia tidak memberitahu ke mana dia pergi.

Tiga bulan sudah, aku dan Dany membangun rumah tangga. Tanpa sepengetahuan Dany, Andika mengirim surat padaku. Entah dari mana dia mendapatkan alamat rumahku. Ketika aku sedang membaca surat dari Andika, Dany melihatku. Aku tidak tahu kalau Dany pulang awal dari kantor hari ini. Surat-surat berserakan di mana-mana. Dany membaca salah satu surat dari Andika dan aku tidak bisa mencegahnya. Keesokan harinya, Dany marah-marah Aku berusaha minta maaf padanya. Akhirnya Dany mau mengerti keadaanku dan dia memutuskan untuk membicarakannya pada orangtuanya. Tanpa sengaja aku mendengarkan pembicaraan mereka. “Aku minta maaf, sebab aku tidak bisa mempertahankan perkawinanku dengan Angelina. Dia tidak pernah mencintaiku, Pa. Buat apa aku memilikinya, sedangkan jiwa dan cintanya milik orang lain !” Dia mengatakan dengan mengeluarkan air mata. “Papa tidak bisa berbuat apa-apa. Papa serahkan semuanya padamu,” jawabnya sambil menghibur Dany. Aku baru tahu kalau cinta Dany sangat besar padaku. “Thanks, Papa mau mendengarkanku.” Aku merasa bersalah atas semua ini. Dany berniat mengajakku pergi mencari Andika. Keesokan harinya, kami berangkat ke Bogor, sebab kabar terakhir yang kami terima kalau Andika tinggal disana. Dany merelakan kebahagiaannya demi kebahagianku dengan Andika.

Hari demi hari aku jalani hidup di Bogor dengan Dany mencari tahu keberadaan Andika. Tanpa aku sadari, cinta tumbuh perlahan-lahan untuk Dany. Aku mulai ragu untuk bertemu dengan Andika. Aku tidak tega melihat pengorbanannya demi aku. Sore hari aku dan Dany pergi menemui Andika. Aku harus memilih antara cinta sejatiku atau orang yang sangat mencintaiku. Setelah berputar-putar mengelilingi kota Bogor, kami menemukan alamat di mana Andika tinggal. Aku melihat kesedihan di mata Dany. Andika sangat gembira melihatku dan langsung memelukku erat-erat, “ Angelina…,” sapanya. Saat itu aku mulai ragu apakah aku masih mencintai Andika. Saat itu juga aku mulai yakin kalau aku mencintai Dany. “Maafkan aku, Andika. Aku sudah menjadi milik orang lain dan aku tidak bisa meninggalkannya. Sekarang aku hanya minta padamu untuk melupakan aku, Andika.” Aku meninggalkannya dengan perasaan kalut. Mata ini sembab, karena sudah banyak air yang keluar. Dany meninggalkan kami berdua saat Andika memelukku. Dia pikir aku kembali pada Andika. Dany tidak tahu kalau aku memilihnya untuk menjadi pendamping hidupku. Aku lari mengejarnya sambil memanggil namanya. Dany menoleh dengan wajah ketidakmengertian. “Dany, aku baru sadar kaulah yang terbaik bagiku. Aku sangat berterima kasih pada Papa, karena sudah melakukan yang terbaik bagiku.” Dia pun memelukku penuh kasih sayang. Sekarang aku mengerti apa arti cinta sebenarnya. Aku merebahkan kepalaku dipundak Dany. “Thanks, Dany, kamu memang yang terakhir”. Dany mengecup keningku. Udara Bogor yang dingin tak mampu mengusir kehangatan cinta kami. Langit mulai gelap. Kami kembali ke mobil. Kelegaan dan kesedihan bercampur tanpa bisa diuraikan.

( Buat Alumni SMUN 02 Pati, angk Thn 2004 )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar